Produksi Gabah di Kalimantan Timur Turun 2,15 Persen, Bukan Dampak Iklim El Niño

 Advertorial

itusudah.com – Muhammad Samsun, Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, mengungkapkan bahwa produksi gabah di Kalimantan Timur mengalami penurunan sebesar 2,15 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), para petani di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memproduksi sebanyak 239.430 ton gabah kering giling (GKG) sepanjang tahun 2022. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 5.250 ton GKG atau sekitar 2,15 persen jika dibandingkan dengan produksi tahun 2021 yang mencapai 244.680 ton GKG.

Samsun menjelaskan bahwa penurunan produksi gabah saat ini lebih mungkin disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian daripada dampak perubahan iklim El Nino.

“Jika ada penurunan produksi gabah saat ini, lebih mungkin disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian daripada dampak dari perubahan iklim El Nino,” ujar Samsun di Samarinda pada hari Minggu (29/10/2023).

Faktor utama yang berpengaruh pada penurunan produksi adalah berkurangnya lahan pertanian. Hal ini telah memberikan dampak yang signifikan pada hasil panen dan berpotensi memengaruhi musim tanam berikutnya.

Samsun menyoroti pentingnya peran Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam merancang strategi yang efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kalimantan Timur.

“Langkah-langkah antisipasi harus dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya terkait dengan perayaan khusus seperti Lebaran atau Natal. Keberlanjutan pasokan pangan sepanjang tahun perlu menjadi perhatian utama,” ujarnya.

Meskipun Kaltim sering mengimpor beras dari luar wilayah ketika stok menipis, Samsun menekankan bahwa fokus utama harus selalu diberikan pada produksi beras lokal.

“Produksi beras lokal mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan dan merupakan langkah yang diperlukan untuk memastikan ketersediaan beras yang stabil di wilayah Kaltim,” jelasnya.

Samsun juga mengusulkan beberapa upaya untuk mendukung para petani dalam menghasilkan pangan berkualitas, termasuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai teknik pertanian modern, penggunaan pupuk organik, dan praktik berkelanjutan.

“Pemerintah perlu memastikan petani memiliki akses ke teknologi pertanian terbaru, seperti sistem irigasi yang efisien dan varietas unggul,” katanya.

Menurut politisi dari PDI-P ini, upaya lain yang tak kalah penting adalah menciptakan pasar yang stabil dan adil bagi petani sehingga mereka dapat menjual hasil panen dengan harga yang layak.(adv)

Author: 

Related Posts