Presiden Jokowi Ajak Semua Pihak Mitigasi Perubahan Iklim, PLN Siap Wujudkan Transisi Energi

 Nasional

itusudah.com

Presiden Joko Widodo mengajak seluruh pihak untuk aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Menurutnya, langkah ini sangat penting demi menjaga kualitas kehidupan serta mencegah terjadinya bencana alam dan krisis pangan. “Saya sangat mengapresiasi kepedulian dari tokoh masyarakat dan masyarakat sipil dalam menangani isu lingkungan dan dampak perubahan iklim. Ini bukan tugas satu negara saja, tetapi semua negara harus bekerja sama agar kita dapat mewujudkan bumi yang berkelanjutan,” kata Presiden dalam acara Festival LIKE 2 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta Convention Center, Jumat (9/8/2024).

Presiden juga menekankan pentingnya sektor energi dalam aksi perubahan iklim, sehingga pemerintah akan memberikan perhatian penuh agar sektor ini dapat berkontribusi dalam pemulihan lingkungan. “Pemulihan lingkungan harus menjadi perhatian kita semua, termasuk pemerintah,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, pengunjung Festival LIKE juga mengunjungi booth PLN dan melihat informasi mengenai program transisi energi yang dilakukan oleh PLN. Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa PLN siap melaksanakan arahan Presiden dan berkomitmen untuk menyukseskan transisi energi demi mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. “Tugas PLN saat ini tidak hanya menyediakan listrik bagi masyarakat, tetapi juga menjaga lingkungan dan menurunkan emisi. Kami melakukan ini bukan semata-mata karena perjanjian internasional, tetapi untuk generasi masa depan agar mereka bisa hidup lebih baik dari hari ini,” ujar Darmawan.

Darmawan juga menambahkan bahwa PLN secara sukarela berinisiatif menjalankan transisi energi melalui berbagai langkah heroik, termasuk dekarbonisasi pembangkit listrik berbahan bakar fosil, meningkatkan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT), serta mengembangkan infrastruktur pendukung seperti smart grid dan control system. Sebagai contoh, PLN telah membatalkan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 13,3 gigawatt (GW) yang sebelumnya tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, yang akan menghindari emisi sekitar 1,8 miliar ton CO2 dalam 25 tahun ke depan. Selain itu, PLN juga membatalkan 1,3 GW PLTU yang sudah menandatangani Power Purchase Agreement (PPA), yang akan menghindari emisi karbon sekitar 200 juta ton CO2.

PLN juga berupaya mengganti 1,1 GW PLTU dengan pembangkit EBT dan 800 MW PLTU dengan pembangkit gas, yang akan mampu menurunkan emisi sebesar 300 juta ton CO2. Dalam masa transisi energi ini, PLN menggunakan teknologi co-firing di PLTU untuk menekan penggunaan batu bara. Co-firing adalah proses substitusi batu bara dengan bahan biomassa seperti pellet kayu, cangkang sawit, dan serbuk gergaji pada rasio tertentu. Darmawan menegaskan bahwa co-firing ini tidak hanya bertujuan mengurangi emisi, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan mendukung pembangunan ekonomi kerakyatan. PLN mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam penyediaan bahan baku co-firing, mulai dari penanaman tanaman biomassa hingga pengelolaan sampah rumah tangga untuk dijadikan pellet.

Author: 

Related Posts